Kamis, 09 Februari 2012

That's You

Oke ini saya baru ngubek-ubek file lama dan ternyata nemu fanfic aneh ini. -_- Post gak ya?

Post ajadeh biar penuh ini blog (?) Hahaha saya nggak akan menanggung akibatnya kalau Anda pingsan begitu membaca 1 kalimat di fanfic ini #okelebai

Yang baca harap komen. Karena nggak kasih komen itu menghancurkan hati saya (?)



Title: That's You

Pairing: TOP-Rae Ah (OC)

Characters: BIGBANG, Kim Rae Ah

Summary: Siapa sebenernya Kim Rae Ah? Mengapa Seunghyun mengenalinya, sedangkan Rae Ah bahkan tidak mengenalinya sama sekali?

A/N: GAJE KUADRAT. Segala akibat yang ditimbulkan dari membaca fanfic ini bukanlah kesalahan author. Bila akibat berlanjut hubungi dokter.


__________

"Tabi.." panggil seorang anak perempuan. Seorang anak lelaki menoleh.

"Hmm?" tanyanya. Anak perempuan itu menggenggam tangan anak lelaki yang dipanggil Tabi itu.

"Tabi jangan lupakan Ireya ya." kata anak perempuan yang memanggil dirinya dengan Ireya itu. Tabi mengacak rambut Ireya lalu dia mengulurkan jari kelingkingnya.

"Tabi janji Tabi tidak akan melupakan Ireya." kata Tabi. Ireya menyambut jari kelingking Tabi. Senyum terkembang di wajah Ireya dan Tabi. Tabi mencium pipi Ireya.

"Tabi pergi ya Ireya." kata Tabi. Ireya mengangguk kencang setelah ibu Tabi memanggil Tabi. Tabi berlari kecil menghampiri ibunya dan melambaikan tangannya pada Ireya. Ireya melambaikan tangannya juga pada Tabi, yang hari ini akan pindah jauh dari rumah Ireya.

* * *

12 years later...

"Seunghyuuuuunnn kembalikan iPod ku!" teriak Jiyong. Seunghyun berlari di koridor sekolahnya sambil tertawa layaknya anak kecil.

"Tangkap kalau bisa, lambat!" kata Seunghyun sambil mentertawakan Jiyong. Jiyong mempercepat larinya.

"Seungri!" teriak Jiyong. Sebuah kaki menyembul dari balik tembok dan dengan sukses kaki Seunghyun menghantam kaki itu dan membuatnya sukses melakukan lompat harimau juga. Seunghyun jatuh terguling. Dan otomatis iPod Jiyong terbang menggantikan burung yang tadi bertengger di dahan pohon. Beruntung, earphone nya menggantung di ranting dan ajaibnya itu tidak terjatuh.

"High five, bro!" kata Jiyong pada Seungri. Seunghyun memegangi kepalanya.

"Sialan kau!" Seunghyun mengutuk. Seungri dan Jiyong terus tertawa sampai Seunghyun menyadari sesuatu yang hilang dari tangannya....

"Jiyong.. iPodmu.." Seunghyun terus menatap tangannya. Jiyong berhenti tertawa. Dia langsung berlari dan melihat ke arah luar jendela.

"Seunghyuuunn! Cepat ambil, bodoh! Kalau jatuh, aku takkan mengampunimu!" kata Jiyong. Seungri ikut melihat keluar jendela.

"Wuoohh! Itu iPod pemberianku! Kalau sampai jatuh, kau akan menerima pukulan dariku, hyung! Aku mengumpulkan uang lama sekali untuk membeli iPod itu untuk ulang tahun Jiyong hyung!" kata Seungri pada Seunghyun. Seunghyun menggerutu.

"Memangnya siapa yang menyandungku hah?!" protes Seunghyun.

"Siapa suruh kau merebutnya dariku hah?!" Jiyong tak mau kalah.

"Sudahlah Seunghyun hyung! Ambil saja!" kata Seungri.

"Ish dasar kalian!" Seunghyun bergegas turun menuju ke halaman belakang sekolahnya.

Seunghyun segera memanjat pohon itu dan berusaha meraih iPod Jiyong. Seberapa keras Seunghyun menggapai iPodnya, tak akan bisa terjangkau. Agaknya iPod Jiyong merasa dendam karena telah dilemparkan oleh Seunghyun sehingga dia pergi menjauh dari Seunghyun.

"Sialan!" gerutu Seunghyun.

"Ah Seunghyun! Kau payah!" kata Jiyong.

"Turun kemari dan ambil sendiri, bodoh!" seru Seunghyun jengkel. "Whoaa!"

"Seunghyun!"

"Hyung!" Seungri dan Jiyong berteriak bersamaan melihat Seunghyun tergelincir dari pohon. Tapi beruntungnya, kedua kaki Seunghyung masih tergantung di dahan pohon, jadi dia hanya 'terbalik' saja. Tapi wajahnya hampir mencium seorang gadis di depannya. Ya, bukan hampir juga, sih. Masih sekitar 30 cm dari wajah Seunghyun.

"Woah!" teriak gadis itu.

"Woah? Bukankah seorang gadis seharusnya berteriak... KYAA! Begitu?" kata Seunghyun sambil berusaha turun dari pohon. "Uukkhh.. hei bantu aku turun dari pohon ini!" lanjutnya.

"Tidak mau. Cepat minggir aku mau lewat!" kata gadis itu.

"K..kau- WHOA!" kaki Seunghyun yang sudah tidak kuat menahan berat badannya akhirnya menyerah pada gravitasi bumi yang membuat Seunghyun sukses mencium tanah. Dan menindih gadis itu.

"HEI! BANGUN! BERAT, BODOH!! Siaall! Sakit!" gerutunya. Seunghyun bangun dan memegangi dahinya yang membentur tanah.

"Seunghyun! Oh, Kim Rae Ah! Sedang apa kau disini?!" tanya Jiyong pada gadis itu. Rae Ah bangkit dan merapikan bajunya.

"Aku ingin ke kelas tapi kemudian orang bodoh ini menindihku!" kata Rae Ah. "Sudah! Aku mau kembali ke kelas!" lanjutnya sambil pergi meninggalkan Seunghyun, Seungri, dan Jiyong.

"Kkhh.. kau kenal dia?" tanya Seunghyun.

"Ya.. Dia teman sekelasku. Ah sudahlah kembalikan iPodku!" kata Jiyong sambil merebut iPodnya dari tangan Seunghyun. "Ah, untunglah tidak rusak. Kalau rusak, kau harus tanggung akibatnya, Seunghyun!" tambah Jiyong.

"Ah, berisik! Sudah! Kembali ke kelasmu, sana! Kau juga, Seungri!" kata Seunghyun.

"Memangnya kau siapaku menyuruhku seenaknya!" gerutu Seungri. "Sudahlah, ayo pergi, Hyung!" kata Seungri sambil menggandeng tangan Jiyong.

"Sabarlah, Seungri! Aku bisa jalan sendiri!" gerutu Jiyong. Seunghyun masih memegangi dahinya. Ia hendak berjalan ke kelasnya tapi kemudian sesuatu menghentikannya. Sebuah gelang tergeletak persis di depannya. Dipungutnya gelang bertuliskan 'CSH' itu.

"Ireya..." gumamnya.

* * *

"Tabi Tabi! Lihat! Bagus ya!" kata Ireya sambil memamerkan kalungnya.

"Wuaaahh! Bagus sekali, Ireya! Dimana kau mendapatkannya?" tanya Tabi.

"Ibuku yang membuatkannya." kata Ireya. "Tapi ini untukmu saja." kata Ireya sambil mengalungkan kalungnya yang berinisial 'KRA' ke Tabi.

"Uhh.. kalau begitu.. uumm.." Tabi sibuk merogoh kantung celananya. "Ah, ini dia. Walau besar sekali, tapi ini untukmu ya! Sebagai ganti kalung ini." kata Tabi sambil menyerahkan gelangnya yang berinisial 'CSH' itu. Ireya menerimanya dengan senyum lebar.

"Whoaaa aku simpan ya Tabi!" kata Ireya.

"Jangan sampai hilang ya, Ireya!"

"Iya! Kalungnya juga jangan sampai hilang ya!"

* * *

Seunghyun berbaring di kasurnya sambil memandang kalung dan gelang di tangannya. Dia mencoba memakai gelang yang dulu terlalu besar untuknya. Tapi memang seiring berjalannya waktu, gelang itu sudah tidak muat di tangan seunghyun. Dan gelang itu masih muat untuk tangan seorang gadis.

Seunghyun melihat inisial yang tercantum dalam kalungnya. KRA.

"KRA? Tunggu. Kalau tidak salah, tadi Jiyong menyebutkan namanya. Hmm.. siapa ya?" Seunghyun mencoba mengingatnya tapi apa daya memang kapasitas otaknya sudah penuh oleh hal hal tidak penting. Dia mengambil handphonenya dan menelpon Jiyong.

"Ya?" sapa Jiyong di seberang sana.

"Jiyong, siapa nama gadis tadi? Aku lupa." kata Seunghyun.

"Hyung!" seru seseorang samar-samar terdengar dari handphone Seunghyun.

"Sshh.. tunggu sebentar, Ri! Aku sedang menerima telpon!" terdengan suara pelan dari handphone Seunghyun. "Oh, halo Seunghyun? Kau tadi tanya apa?" tanya Jiyong. Seunghyun menghela nafasnya.

"Siapa nama gadis sekelasmu tadi?" tanya Seunghyun sekali lagi.

"Kim Rae Ah. Memangnya kenapa, Seunghyun?" tanya Jiyong.

"Hyuuunnggg! Cepaaattt!" terdengar lagi suara Seungri memanggil Jiyong. Seunghyun menghela nafasnya sekali lagi.

"Tidak ada apa-apa. Yasudah. Terima kasih. Silahkan lanjutkan acaramu dengan Seungri."

"He-"

BEEP BEEP BEEP.

Seunghyun menutup telponnya sebelum Jiyong sempat mengatakan sesuatu.

Seunghyun menatap kalungnya.

"KRA. Kim Rae Ah. Ireya." gumamnya. "Kau tidak menepati janjimu, Ireya. Gelang ini hilang."

* * *

Rae Ah mengacak kamarnya dan mengeluarkan seluruh isi tasnya. Kadang dia menjambak rambutnya sendiri, lalu menggigit kukunya.

"Ya Tuhan! Gelang dari Tabi! Kemana perginya?! Tabi, maafkan aku! Gelangnya hilang!" kata Rae Ah berbicara pada dirinya sendiri. Dia hampir menangis.

"Ah! Atau jangan jangan ada di halaman belakang sekolah! Tempat aku jatuh kemarin! Aaahh aku benar benar ceroboh! Besok harus kucari!" katanya lagi.

* * *

Seunghyun memandang ke luar jendela koridor sekolahnya. Tapi kemudian matanya menangkap sesuatu di tempat dia terjatuh kemarin.

"Ha, datang juga kau, yeobo." gumam Seunghyun. Dia tersenyum kecil lalu segera turun menghampiri Rae Ah yang sedang mencari gelangnya.

"Hei, sedang apa kau?" tanya Seunghyun. Rae Ah mendongak.

"Bukan urusanmu." kata Rae Ah ketus.

Yea.. dia tetap manis.. walau galak. pikir Seunghyun. "Ah, kau sedang mencari sesuatu ya?" tanyanya pada Rae Ah.

"Sudah kubilang bukan urusanmu kenapa kau masih disini? Cepat sana pergi!" kata Rae Ah. Seunghyun tersenyum. Dia merogoh kantongnya.

"Mencari ini?" Seunghyun mengeluarkan gelangnya. Rae Ah terbelalak dan mencoba merebutnya dari tangan Seunghyun. Tapi ternyata merebutnya dari Seunghyun tidak semudah yang dibayangkan Rae Ah.

"Kembalikan! Itu milikku!" kata Rae Ah.

"Milikmu? Tapi setahuku namamu Kim Rae Ah. Dan itu KRA, bukan CSH seperti tulisan pada gelang ini. Berarti ini bukan milikmu." kata Seunghyun lagi.

"Seseorang memberikannya padaku dulu, dan itu berarti sekarang gelang itu milikku!" kata Rae Ah.

"Benarkah? Hmm.. kalau begitu, jadilah pacarku! Lalu akan kukembalikan gelangmu. Bagaimana?" tanya Seunghyun menggoda Rae Ah.

"Apa katamu?! Tidak! Aku tidak mau! Aku tidak mau pacaran dengan orang yang bahkan tidak ku kenal!"

"Kau tidak mengenalku? Oke kalau begitu, namaku Seunghyun. Kau sudah mengenalku, kan? Baiklah, sekarang jadilah pacarku setidaknya selama 3 hari saja atau kalau tidak gelang ini akan kubakar." kata Seunghyun tersenyum penuh kemenangan. Rae Ah menggeram kesal. Tapi kemudian dia menyerah karena dia pikir tak ada jalan lain lagi.

"Baiklah baik baik! Aku akan jadi pacarmu! Tapi hanya selama 3 hari saja! Ingat itu! Kalau kau tidak mengembalikan gelangku, lihat saja nanti!" kata Rae Ah sambil menggerutu. Seunghyun kembali tersenyum.

"Baiklah, yeobo! Mulai detik ini kau resmi menjadi pacarku! Sampai jumpa nanti!" Seunghyun mencium pipi Rae Ah dan mulai pergi meninggalkan Rae Ah.

"HEEII!" Rae Ah mengusap pipinya. Wajahnya memerah dan panas. Dengan bersungut dia kembali ke kelasnya.

* * *

"Rae Ah! Ada yang mecarimu!" kata teman sekelas Rae Ah ketika istirahat siang.

"Siapa?" tanya Rae Ah. Teman sekelas Rae Ah menghampirinya.

"Se..Seunghyun. Ya Tuhan ada apa ini sampai-sampai kau dipanggil oleh Seunghyun yang tampan itu! Aahh beruntungnya kau!" katanya. Rae Ah memutar matanya.

"Aku tidak ma-"

"YEOBOOO!" seru Seunghyun masuk ke kelas Rae Ah. Rae Ah terbelalak.

"YEOBO?!" tanya teman-teman sekelas Rae Ah. Rae Ah menepuk dahinya.

"Yeobo? Sejak kapan kau memanggilnya yeobo, Seunghyun?!" tanya Jiyong menghampiri Rae Ah dan Seunghyun.

"Sejak hari ini! Hari ini dia resmi menjadi pacarku! Bukan begitu, yeobo?" tanya Seunghyun sambil memeluk Rae Ah dari belakang. Rae Ah memberontak tapi tenaga Seunghyun lebih kuat darinya. Rae Ah memutar matanya.

"Ya. Dia pacarku. Mulai hari ini." kata Rae Ah pasrah. Seunghyun memandang Jiyong dan tersenyum.

"Ayo yeobo kita makan di atap!" kata Seunghyun.

"Aku tidak mau!" seru Rae Ah.

"Gelangnya.." bisik Seunghyun. Rae Ah menahan amarahnya.

"Baiklah JAGI kita ke atap." kata Rae Ah memberi tekanan pada kata jagi.

"Ayo Jiyong kau juga ikut!" kata Seunghyun sambil menarik tangan Rae Ah.

"Kenapa aku juga?!" seru Jiyong.

* * *

"Apa tujuanmu membawaku ke sini, hah?!" tanya Rae Ah. Seunghyun memandangi Rae Ah yang sedang membuka bekalnya.

"Tidak apa-apa. Hanya ingin memandangmu. Itu saja." kata Seunghyun sambil tersenyum.

"Kalau begitu kenapa mengajak Jiyong hyung juga?" tanya Seungri yang memang secara otomatis mengekor Jiyong kemana-mana.

"Sebagai saksi kalau aku tidak akan memperlakukan yeobo ku ini dengan tindakan tidak senonoh." kata Seunghyun. "Silakan lanjutkan makanmu, Rae Ah." kata Seunghyun pada Rae Ah. Rae Ah menggerutu, tapi kemudian dia melahap bekalnya. Semenit kemudian dia menatap Seunghyun.

"Kau tidak makan?" tanyanya pada Seunghyun yang sedang melihat Jiyong menjahili Seungri. Mendengar itu, Seunghyun menggeleng.

"Aku tidak lapar. Kau saja yang makan." kata Seunghyun.

"Bagaimana kau bisa berkata seperti itu? Ayo makan ini!" kata Rae Ah sambil menyuapi Seunghyun telur dadar gulungnya.

"Whoa.. sepertinya kalian serasi sekali." kata Jiyong menggoda Seunghyun dan Rae Ah.

"Diam kau Jiyong!" bentak Rae Ah.

"Whoa dia marah!" kata Seungri. Jiyong dan Seungri tertawa terbahak dan segera kabur untuk menyelamatkan diri dari serangan lanjutan Rae Ah. Seunghyun tersenyum kecil melihatnya.

"Oh ya, Rae Ah. Siapa yang memberimu gelang ini? Kumal sekali. Jelek, pula. Buang saja, akan kubelikan yang lain padamu." kata Seunghyun.

"Dari teman kecilku. Aku... menyukainya. Jadi jangan kau buang gelang itu atau aku akan membunuhmu." ancam Rae Ah diikuti dengan tatapan garang darinya. Seunghyun tertawa kecil.

"Ahahaha baiklah baik. Tapi, siapa teman kecilmu itu?" tanya Seunghyun.

"Aku tidak pernah tahu nama aselinya. Tapi selama ini aku memanggilnya Tabi." kata Rae Ah melahap nasinya.

"Tabi?"

"Ya. Tabi. Entahlah mengapa aku memanggilnya Tabi."

"Kau masih menyukai... si Tabi itu?" tanya Seunghyun.

"Yeah. Begitulah."

"Meski kau tak pernah lihat wajahnya? Dan bagaimana kalau dia sudah berubah?" tanya Seunghyun. Rae Ah menggigit bibir bawahnya. Dia terdiam sebentar.

"Yea. Meski dia berubah pun, aku tetap menyukainya." kata Rae Ah, menyumpit sosisnya, dan memasukkannya ke mulutnya.

Rupanya Ireya tipe orang setia. Tapi bagaimana bisa dia menyukaiku yang bahkan dulu gemuk seperti bola itu? batin Seunghyun. "Menurutmu, apa Tabi masih mengingatmu?" tanya Seunghyun. Rae Ah menatap Seunghyun.

"Tentu saja! Bagaimana mungkin dia melupakanku?" kata Rae Ah dengan percaya diri.

"Dan menyukaimu?" tanya Seunghyun.

"Ya!" jawab Rae Ah. Dia menyumpit nasinya lagi dan melahapnya.

Ahaha percaya diri betul Ireya. Sama seperti dulu. Yah, tapi tebakannya tidak meleset. Aku malah semakin menyukainya. batin Seunghyun sambil memandang Rae Ah. Rae Ah menyadarinya.

"Mengapa kau melihatku seperti itu?" tanya Rae Ah.

"Tidak apa-apa." kata Seunghyun tersenyum. "Aku hanya berpikir kalau kau manis." tambahnya. Wajah Rae Ah langsung berubah menjadi merah. Dia salah tingkah lalu memberikan bekal makanannya ke Seunghyun.

"I..ini! Makanlah! Aku sudah kenyang. Aku kembali ke kelas dulu." kata Rae Ah sambil bangkit dan meninggalkan Seunghyun. Jiyong dan Seungri menyadari Rae Ah meninggalkan Seunghyun.

"Whoa! Kau apakan dia, hyung? Wajahnya merah seperti udang rebus!" kata Seungri.

"Tidak ku apa-apakan, kok." kata Seunghyun sambil tersenyum dan memakan bekal dari Rae Ah.

"Apa itu Seunghyun? Bagi! Aku belum makan sejak tadi!" kata Jiyong sambil menghampiri Seunghyun.

"Tidak bisa! Ini dari Rae Ah untukku bodoh!" kata Seunghyun sambil memakan bekal Rae Ah. "Dari pada begitu, sedang apa kau dengan Seungri kemarin, hah?" tanyanya. Sekarang giliran Jiyong dan Seungri yang bermuka merah.

"Sudahlah jangan bahas itu! Bagi bekalnya! Serang, Seungri!"

* * *

Rae Ah berlari ke arah toilet. Dia membasuh mukanya. Ditepuk tepuknya pipinya itu.

"Kenapa mukaku panas begini?! Aahh Rae Ah! Sadarlah! Kau baru kenal dia hari ini! Tidak mungkin aku menyukainya! Yah walau dia memang tampan dan manis sih. Argh! Apa aku baru saja bilang manis?! Aaa kau sudah gila, Rae Ah!" Rae Ah menjambak rambutnya sendiri.

"Bagaimana kalau ternyata aku memang menyukainya?" gumam Rae Ah. Lalu kemudian dia menggeleng keras.

"BODOH BODOH BODOH! Apa sih yang dari tadi kupikirkan?!"

Rae Ah kembali bergumam tak jelas sendiri di toilet.

* * *

Rae Ah keluar kelasnya dengan mengendap-endap. Berharap tak ada Seunghyun disana. Setelah dirasa aman, barulah dia keluar. Ketika keluar dari gerbang sekolahnya,

"Yeobo!" seru Seunghyun. Rae Ah menepuk dahinya.

"Berhenti memanggilku yeobo!" protes Rae Ah. Dia berjalan meninggalkan Seunghyun.

"Kalau begitu... jagi!" kata Seunghyun sambil mengikuti Rae Ah.

"Hentikan!"

"Tidak suka ya? Atau.. kau kupanggil Raerae? Atau, honey? Darling? Sa-"

"Yeobo saja cukup." kata Rae Ah menyerah. Daripada dia dipanggil Darling, akan terdengar lebih aneh.

"Baiklah.. Yeobo." Seunghyun tersenyum.

"Lalu, apa maumu mengikutiku?" tanya Rae Ah.

"Menemanimu pulang." kata Seunghyun. "Bukankan sudah sewajarnya seorang laki-laki mengantar pacarnya pulang?" lanjutnya. Rae Ah terdiam.

"Terserah kau sajalah!" kata Rae Ah. Dia sudah benar benar pusing menghadapi Seunghyun.

"Kau marah?" tanya Seunghyun. Rae Ah tetap terdiam. Dia memang marah pada Seunghyun yang seharian mengikutinya terus. Seolah tidak membiarkan Rae Ah bebas melakukan apa saja.

"Mmm.. baiklah. Sebenarnya, aku tidak tahu mengapa kau marah. Atau mungkin kau marah pada sikapku. Jadi.. ya.. maaf. Aku sudah mengganggumu. Selamat sore." kata Seunghyun dan kemudian dia pergi ke arah lain. Rae Ah menatapnya.

"Cih! Baguslah!" kata Rae Ah. Tapi di hatinya ada sedikit perasaan bersalah pada Seunghyun. Seunghyun berniat baik tapi dia membentaknya.

* * *

"Ireya, lihat lihat lihat! Itu ada awan berbentuk anak ayam!" Tabi menunjuk awan. Ireya cemberut. Dia diam saja dan tidak menanggapi Tabi.

Tabi menatap Ireya. Dia tahu temannya itu sedang kesal pada ibunya. Tabi berniat menghiburnya.

"Ireya, kita ke taman bermain saja, yuk!" ajak Tabi.

"Aku tidak mau, Tabi!" bentak Ireya. Tabi terdiam. Ireya menyadari ucapannya.

"Mm.. Tabi.. Ma-"

"Tabi tahu Ireya kesal pada ibu Ireya. Dan Tabi bermaksud menghibur Ireya. Tapi kalau Ireya membencinya, baiklah. Tabi akan berhenti. Tabi pulang saja ya, daripada Tabi mengganggu Ireya. Maafkan Tabi." kata Tabi sambil membungkuk dan pergi meninggalkan Ireya. Seperginya Tabi, Ireya menangis sekuat kuatnya.

* * *

Rae Ah terbangun dari tidurnya. Dia memegangi kepalanya.

"Apa itu tadi? Aku bermimpi Tabi?!" gumamnya. Rae Ah merasa sikap Seunghyun sama persis dengan Tabi. Merasa bersalah, lalu meninggalkannya sendiri. Padahal Tabi dan Seunghyun tidak melakukan kesalahan apapun.

"Ya Tuhan. Apa yang kulakukan? Apa Seunghyun akan membenciku? Aku harus minta maaf padanya." gumam Rae Ah. Dan malam itu dia tidak bisa tidur lagi.

* * *

Rae Ah mengintip ke kelas Seunghyun. Tapi kemudian dia tersentak kaget. Punggungnya ditepuk oleh Daesung.

"Kau mencari siapa, Rae Ah?" tanya Daesung.

"Mm.. apa kau melihat Seunghyun?" tanya Rae Ah.

"Seunghyun? Biasanya dia ada di atap." kata Youngbae, memotong pembicaraan Daesung dan Rae Ah.

"Ya. Biasanya sih di atap. Tapi aku tidak melihatnya hari ini. Mungkin bolos?" tanya Daesung.

"Entahlah. Tapi kau coba saja cari di atap." kata Youngbae.

"Apa kau tidak bertanya pada Jiyong?" tanya Daesung.

"Ya aku ingin bertanya padanya, tapi tidak ada." kata Rae Ah.

"Yasudah kalau begitu cari saja di atap. Dia mungkin di sana." kata Youngbae.

"Mm.. baiklah. Terimakasih, ya." kata Rae Ah langsung berlari ke atap sekolah.

* * *

Rae Ah membuka pintu atap sekolah. Ada Jiyong dan Seungri disana. Melihat Rae Ah, Jiyong langsung menghampirinya.

"Kau mencari Seunghyun?" tanya Jiyong.

"I..iya.. kemana dia?" tanya Rae Ah.

"Hari ini dia tidak masuk. Mungkin sakit. Atau mungkin dia bolos. Entahlah. Anak itu sering sekali membolos." kata Jiyong.

"Oh. Begitu. Yasudah. Terima kasih." kata Rae Ah sambil pergi ke luar atap sekolah. "Ah, ya Jiyong." panggilnya sebelum pergi ke luar.

"Ya?"

"Apa.. kau tahu nomor Seunghyun?" tanya Rae Ah malu malu.

"Kau tidak tahu?! Kupikir kau sudah tahu karena kau pacarnya." kata Jiyong. Rae Ah menggigit bibir bawahnya.

"Mm.. iya sih. Tapi.. aku belum sempat menanyakan padanya. Lagipula aku baru menjadi pacarnya kemarin, kan?" kata Rae Ah. Jiyong terdiam sebentar lalu kemudian dia merogoh kantongnya dan mengambil handphonenya.

"Ini nomor Seunghyun. Kau mau ke rumah Seunghyun? Barangkali Seunghyun benar-benar sakit jadi kau bisa sekalian menjenguknya." kata Jiyong sambil memberikan nomor Seunghyun. Rae Ah mengambil handphonenya dan mencatatnya.

"Boleh. Beritahu aku dimana alamatnya." kata Rae Ah. Jiyong menuliskan alamat Seunghyun dan menyerahkannya kepada Rae Ah.

"Terima kasih, Jiyong. Ah, iya. Ini bekalku untukmu saja. Aku tidak lapar." kata Rae Ah sambil menyerahkan bekalnya kepada Jiyong.

"Mwo? Tumben kau memberikannya padaku! Lalu, yang satu itu? Untuk Seunghyun?" tanya Jiyong.

"Ahahaha sebenarnya, iya. Tapi dia tidak masuk hari ini jadi, ya sudahlah aku antar saja ke rumahnya." kata Rae Ah.

"Ah.. senangnya kalau punya pacar. Hei, Seungri! Lain kali kau masakkan untukku ya!" kata Jiyong.

"Memangnya aku pacarmu, hah? Babo!" kata Seungri menjitak kepala Jiyong.

"Ahahaha kalian berdua ini! Yasudah ya katakan saja kalau masakanku tidak enak. Terima kasih atas nomor dan alamatnya, Jiyong!"

"Sampaikan salamku pada si bodoh itu kalau kau ke rumahnya, Rae Ah!" kata Jiyong. Rae Ah tersenyum dan mengangguk.

* * *

Lagu V.I.P dari BIGBANG mengalun dari handphone Seunghyun. Seunghyun yang masih tertidur dengan selimut menutupi seluruh tubuhnya, dengan malas mengambil handphonenya. Dilihatnya nomor yang memanggilnya.

"Siapa ini?" gumamnya. Tapi dia angkat juga panggian itu. "Halo?"

"Mmm.. hai.." sapa seseorang diseberang sana. Seunghyun terbelalak dan terjatuh dari tempat tidurnya.

"IRE- Ra.. Rae Ah?!" seru Seunghyun.

"Ya.. ini aku." kata Rae Ah.

"Ba.. ba.. bagaimana kau bisa dapat nomorku?! Jiyong?!" tanya Seunghyun.

"Ya, dari Jiyong. Ah, ya. Aku ke rumahmu ya. Kau tidak masuk hari ini. Apa kau sakit?" tanya Rae Ah.

"A..apa? Ke rumahku? Ah jangan! Rumahku berantakan!" kata Seunghyun.

"Tapi… aku sudah ada di depan pintu." kata Rae Ah.

"MWO?!" Seunghyun segera berlari ke arah pintu dan membukanya. Dia ternganga. Rae Ah sudah ada di sana. Dia tersenyum.

"Kau baik-baik saja? Apa kau sakit?" Rae Ah memegang dahi Seunghyun. "Aigooo kau panas! Ayo masuk cepat dan tutup pintunya!" kata Rae Ah sambil mendorong Seunghyun masuk ke dalam. Rae Ah menyuruh Seunghyun berbaring di tempat tidur, sedangkan dia langsung mencari-cari kotak obat.

"Serius, Seunghyun. Kau tidak punya obat?!" tanya Rae Ah kesal karena tidak berhasil menemukan kotak obatnya.

"A..ada di dekat meja makan." kata Seunghyun. Rae Ah menghampiri ruang makan dan melihat sekeliling. Diambilnya kotak hijau di dekat meja dan mengaduk isinya. Diambilnya obat penurun panas dan diberikannya kepada Seunghyun.

"Ini, minumlah! Lalu, makanlah bekal buatanku ini. Aku sudah susah payah membuatkannya untukmu jadi kau harus makan ini." kata Rae Ah sambil menyodorkan obat dan bekalnya pada Seunghyun.

"Kau? Membuatkan bekal? Untukku?" tanya Seunghyun. Rae Ah menggigit bibir bawahnya.

"Mm.. ya.. Sebagai permintaan maafku sudah kasar padamu kemarin. Aku benar benar minta maaf. Aku takut kau marah padaku." kata Rae Ah sambil membungkukkan badannya.

"Eeh tidak usah begitu. Jujur, aku tidak apa-apa, Rae Ah. Aku tidak marah padamu." kata Seunghyun. Tapi kemudian dia membuka bekal Rae Ah. "Waaahh ini semua kau yang membuatnya?" tanya Seunghyun kagum.

"Yeah, begitulah. Habiskan, ya!" kata Rae Ah sambil tersenyum. Seunghyun menyumpit sayur di bekalnya dan memasukkannya ke dalam mulutnya.

"Woaahh enak sekali! Kalau begini, lebih baik kau jadi pacarku saja selamanya!" canda Seunghyun.

"Aku hanya akan berpacaran dengan Tabi selanjutnya, kau tahu." kata Rae Ah.

"Kalau begitu aku akan membuatmu berpikir dua kali." kata Seunghyun sambil terus melahap makanannya.

"Hahaha you wish!" kata Rae Ah tersenyum. "Oh, ya. Kau dapat salam. Dari Jiyong." lanjutnya.

"Cih! Si bodoh itu. Bilang padanya aku tidak menerima salamnya." kata Seunghyun.

"Kenapa kau begitu dengannya, hah!" Rae Ah memukul kepala Seunghyun pelan. "Oh, ya.. bagaimana kau bisa sakit? Kau kehujanan kemarin?" tanya Rae Ah. Seunghyun mengangguk.

"Ya Tuhan.. Bagaimana kau bisa kehujanan? Aigoo.." kata Rae Ah.

"Dan.. kau hidup sendiri?" tanya Rae Ah melihat sekeliling. Dia baru menyadari kalau di rumah Seunghyun tak ada siapapun.

"Ya. Begitulah. Sebenarnya rumahku masih jauh. Tapi karena sekolahku di dekat rumah ini, jadi aku menempatinya. Ya.. sekaligus latihan mandiri. Tapi sesekali Daesung ke sini menyuruhku membantu mengerjakan PR nya." kata Seunghyun. "Fuwaahh masakanmu enak sekali!" tambah Seunghyun.

"Syukurlah kalau kau menyukainya." kata Rae Ah sambil tersenyum dan membungkus kembali tempat makannya.

"Oh, ya.. bagaimana kau bisa tahu rumahku? Jiyong lagi?" tanya Seunghyun.

"Ya siapa lagi orang yang kukenal yang dekat denganmu? Ahahaha. Oh, serius, Seunghyun. Benar-benar berantakan rumahmu ini." Rae Ah melepas jas sekolahnya lalu mulai membereskan rumah Seunghyun.

"Ra.. Rae Ah.. kau tidak perlu merapikannya!" cegah Seunghyun tapi malah Rae Ah berbalik mencegahnya.

"Kau tetap tenang di tempat tidurmu dan tidurlah biar cepat sehat. Biar aku bereskan semua ini. Aigooo aku tidak tahu bagaimana kau bisa hidup di tempat berantakan seperti ini." Rae Ah mengambil semua buku Seunghyun yang berserakan. Sampai dia mengambil kertas ulangan Seunghyun, dia terbelalak.

"100?! Kau dapat 100 dalam matematika?!" tanya Rae Ah terkejut.

"Mm.. ya.. begitulah. Ta-"

"Dan lihat ini! Fisika juga?! Bahasa Inggris 95?! Ya Tuhan, aku tidak tahu mengapa tampang sepertimu sebenarnya orang jenius!" kata Rae Ah.

"Sudah kubilang kau tidak usah merapikannya." kata Seunghyun.

"Oh, baiklah aku diam tapi kau harus berjanji kapan-kapan kau harus mengajariku!" kata Rae Ah.

"Ahahaha baiklah baik aku berjanji." kata Seunghyun sambil tertawa kecil.

"Baik! Deal! Sekarang kau tidurlah! Aku akan membereskan semuanya dulu." kata Rae Ah.

"Apa.. tidak apa-apa?" tanya Seunghyun.

"Tidak apa-apaaa." kata Rae Ah sambil terus membereskan barang barang Seunghyun yang berserakan di lantai. Seunghyun merebahkan kepalanya yang memang sedikit pusing. Perlahan dia menutup matanya dan mencoba tidur seperti yang diperintahkan Rae Ah.

* * *

Seunghyun membuka matanya. Diliriknya jam di dinding di kamarnya. Jam 09.00 malam. Dia terperanjat dan langsung turun dari kasurnya. Dilihatnya rumah yang sudah rapi dan dicarinya sosok Rae Ah tapi tidak ketemu. Dia kembali ke kamarnya. Di atas meja belajarnya ada pesan dari Rae Ah.



Seunghyun, aku pulang dulu. Ibuku sudah menelponku. Lihat, rumahmu sudah ku rapikan. Jadi lebih enak, kan melihatnya? Oh, ya. Aku membuatkan sup untukmu di panci dapur. Kalau kau ingin makan, hangatkan dulu, ya! Jangan lupa minum obatmu dan jangan sampai sakit lagi! Mengerti?

-Kim Rae Ah-



Seunghyun tersenyum kecil membaca catatan dari Rae Ah. Tapi kemudian dia berjalan menuju dapur dan mulai menyalakan kompornya. Cacing dalam perutnya sudah mengeluh kelaparan.

* * *

"Ayo yeobo kita pulaaaaang!" kata Seunghyun sambil menarik tangan Rae Ah dengan semangat.

"Iya iya aku tahu, Seunghyun. Jangan terlalu bersemangat seperti itu! Kau baru saja sakit kemarin! Harusnya kau beristirahat saja!" kata Rae Ah sambil terburu mengikuti langkah Seunghyun.

"Aaahh ikut sajaa!" kata Seunghyun.

"Memang, kita mau kemana?" tanya Rae Ah.

"Taman Bermain!"

* * *

Rae Ah berjalan berdampingan dengan Seunghyun sambil membawa boneka beruang pink di tangannya. Seunghyun habis memenangkan game disana. Karena hadiahnya sebuah boneka pink, maka ia berikan pada Rae Ah. Tidak lucu kalau kamar seorang cowok, berisi boneka beruang, berwarna pink pula.

Rae Ah tersenyum memandang bonekanya.

"Roller coaster, sudah. Komidi putar, sudah. Marry Go Round, juga sudah. Apa lagi?" tanya Seunghyun.

"Ahahaha sudahlah, Seunghyun. Kita berhenti saja. Lagipula hari juga sudah mulai malam." kata Rae Ah.

"Baiklah. Jadi.. kau mau pulang? Biar kuantar kau pulang." kata Seunghyun.

"Tidak perlu. Lagipula rumahku agak dekat dari sini jadi aku bisa pulang sendiri." kata Rae Ah.

"Tidak. Aku ingin menemanimu. Yaa.. setidaknya sampai dekat halte." kata Seunghyun menatap Rae Ah. Rae Ah memandang Seunghyun.

"Yea.. baiklah.." kata Rae Ah. Seunghyun tersenyum.

Rae Ah tiba-tiba menggandeng tangan Seunghyun dan menyandarkan kepalanya di bahu kiri Seunghyun. Seunghyun yang kaget langsung menolehkan kepalanya dan menatap Rae Ah heran.

"Biarkan aku melakukan ini dulu." kata Rae Ah sambil tersenyum. Seunghyun membisu.

"Mm.. Seunghyun.." panggil Rae Ah.

"Hmm?" Seunghyun menatap Rae Ah.

"Kau pernah pacaran sebelumnya?" tanya Rae Ah.

"Belum. Kau yang pertama." jawab Seunghyun.

"Mwo?! Bukankah kau populer di sekolah? Aku yakin kau pernah ditembak beberapa kali. Ya kan?" tanya Rae Ah. Seunghyun menggeleng.

"Belum sama sekali." jawab Seunghyun. Rae Ah terkejut.

"Bagaimana bisa?!" tanya Rae Ah. Seunghyun tertawa kecil.

"Ahahaha mungkin karena wajahku. Jiyong dan Daesung bilang wajahku menyeramkan. Aku benci dibilang seram." kata Seunghyun.

"Mm.. yaa.. wajahmu memang seram sih, tapi hatimu baik, Seunghyun. Aku tahu. Ah ya. Mengapa kau tidak mencoba pacaran sebelumnya?"

"Sebenarnya.. aku menunggu seseorang juga. Sama sepertimu yang menunggu sosok Tabi. Tapi, sudah lama aku tidak bertemu dengan orang itu jadi.. kupikir aku bisa melupakannya dengan berpacaran denganmu." kata Seunghyun. Rae Ah terdiam lama. "Eh kita sudah sampai di halte. Jadi.. selamat tinggal. Ah, iya. Ini." Seunghyun merogoh kantongnya dan menyerahkan gelang Rae Ah.

"Maafkan aku. Aku banyak merepotkanmu. Aku juga tak pernah berbuat baik padamu. Jadi.. ah.. ya.. sudah 3 hari bukan? Sesuai janjiku, aku mengembalikan gelangmu. Jadi, sekarang kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi." kata Seunghyun. Rae Ah menerima gelang itu dengan tangan bergetar. Dalam hati Rae Ah, dia tidak ingin berpisah dengan Seunghyun karena sedikit demi sedikit, dia menyukai Seunghyun.

Seunghyun tertunduk. Tangannya dimasukkan ke dalam kantong celananya. Menunggu Rae Ah pergi dari hadapannya. Rae Ah menggigit bibirnya. Dia menggenggam gelangnya dengan erat.

"Dengar Seunghyun. Dengan begini, aku akan jadi orang pertama yang mengatakannya padamu. Aku takkan mengatakannya dua kali. Jadi, dengarkan." Rae Ah menghela nafasnya dan kemudian dia melanjutkan perkataannya, "Aku menyukaimu." Rae Ah terdiam sebentar. "Aku tahu kita berjanji hanya 3 hari. Awalnya itu memang berat. Tapi kemudian, aku merasa.. aku membutuhkanmu lebih dari 3 hari. Tapi kalau maumu memang berakhir hari ini, baiklah. Selamat tinggal, Seunghyun." kata Rae Ah. Matanya berair. Seunghyun mendongak. Dilihatnya Rae Ah yang sedang berlari menyeberangi jalan meninggalkannya sendiri.

Rae Ah memeluk boneka pemberian Seunghyun dengan erat. Ditahannya sekuat tenaga agar air matanya tidak tumpah. Ini pertamakalinya menyatakan perasaannya pada orang lain. Tapi dia merasa sudah ditolak sebelumnya.

"Tungg-"

BEEEEEPPPP!! Sebuah mobil melaju kencang ke arah Rae Ah.

"IREYA!!"

* * *

Rae Ah terbangun. Ia memandang sekelilingnya. Banyak orang yang mengerumuninya. Di sampingnya terlihat Seunghyun tergeletak tak berdaya dengan kepala berlumuran darah.

"Se.. Seunghyun.. Seunghyun! Bangun, Seunghyun! Kumohon! Bangunlah!" Rae Ah mengguncang badan Seunghyun. Dia menangis sampai akhirnya ambulans datang dan membawa Seunghyun ke rumah sakit. Rae Ah ikut bersamanya. Dia tidak melepas genggaman tangannya.

"Seunghyun.. Bangunlah.. Kumohon.. Ada yang ingin kutanyakan padamu, Seunghyun.. Bukalah matamu.." Rae Ah terisak. Seunghyun tak bergeming. Matanya masih tertutup rapat. Tangisan Rae Ah semakin menjadi.

* * *

"Adakah yang bernama Kim Rae Ah?" tanya dokter. Seungri, Jiyong, Daesung, dan Youngbae serempak menunjuk Rae Ah yang sedang duduk dan menundukkan kepalanya. Rae Ah sadar dan menatap keempat cowok itu. Dokter tersenyum.

"Dia ingin bertemu dengamu." kata dokter. Rae Ah menunjuk dirinya sendiri dan dokter itu mengangguk.

"Temui saja, bodoh." kata Jiyong.

"Kami takkan mengganggu. Tenang saja." kata Seungri.

Dengan ragu, Rae Ah masuk ke ruangan dimasa Seunghyun sedang dirawat. Dilihatnya Seunghyun yang kepalanya sudah berbalut perban. Dia tersenyum melihat Rae Ah.

"Syukurlah kau selamat." kata Seunghyun. Rae Ah terdiam di samping Seunghyun. Lalu,

"Kau bodoh. Bodoh. Bodoh!" seru Rae Ah. Seunghyun terdiam dan menatap Rae Ah dengan tatapan terkejut. "Bagaimana kau bisa membiarkan dirimu seperti ini hanya untuk menyelamatkanku?! Kau bodoh! Benar-benar bodoh!" Rae Ah mulai menangis. Seunghyun tersenyum dan mengusap air mata Rae Ah.

"Aku tidak ingin kau celaka, Rae Ah. Nyawamu lebih penting." kata Seunghyun. Rae Ah terus menangis dan memeluk Seunghyun dengan erat. Seunghyun menepuk punggung Rae Ah.

"Aku ingin bertanya satu hal padamu, Seunghyun." kata Rae Ah bangkit dan menghapus sisa air matanya.

"Apa itu?"

"Siapa nama lengkapmu?"

"Choi Seung Hyun." jawab Seunghyun. Rae Ah menatap gelangnya.

"CSH. Sudah kuduga kau Tabi! Kau memanggilku Ireya! Aku benar-benar mendengarnya tadi! Jangan berpura-pura tidak mengenalku lagi! Itu tidak lucu, bodoh! Benar-benar tidak lucu!" kata Rae Ah. Seunghyun tertawa kecil.

"Maaf maaf! Aku hanya ingin mengujimu. Itu saja." kata Seunghyun. Rae Ah memukul pelan tangan Seunghyun. "Auh! Sakit!" seru Seunghyun.

"Mengapa kau tidak bilang sejak awal kalau kau Tabi?!" tanya Rae Ah.

"Mengapa kau tidak bertanya? Bukankah sudah jelas namaku Seunghyun dan inisialku tertera di gelang itu, kan?" tanya Seunghyun.

"Tapi kau tidak memperkenalkan nama lengkapmu, bodoh!" seru Rae Ah kembali memukul pelan tangan Seunghyun.

"Ahahaha baiklah baik aku mengaku salah. Maafkan aku." kata Seunghyun membelai rambut Rae Ah.

"Kenapa aku bisa menyukai orang bodoh sepertimu, ya." gumam Rae Ah. Seunghyun tersenyum. "Jawab pernyataanku tadi!" kata Rae Ah.

"Pernyataan apa?" tanya Seunghyun.

"Kupecahkan kepalamu ya!!" seru Rae Ah.

"Waaa jangan jangan! Maafkan aku!" kata Seunghyun. Rae Ah memandangnya dengan cemberut. Seunghyun tersenyum.

"Aku juga menyukaimu, Ireya. Jadi.. bagaimana kalau kita lanjutkan saja drama ini?" tanya Seunghyun.

"Memang itu yang kumau, Tabi bodoh. Dan satu lagi. Jadikan nyata, bukan drama lagi!" kata Rae Ah. Dia mencium pipi Seunghyun. "Cepatlah sembuh, bodoh." lanjutnya. Seunghyun tersenyum dan mengacak rambut Rae Ah.

BRAK!

Seungri, Jiyong, dan Daesung jatuh terjembab di lantai. Seunghyun dan Rae Ah menoleh. Dilihatnya Youngbae sedang memegang gagang pintu.

"Tiga orang ini menguping kalian, Rae Ah, Seunghyun." kata Youngbae. Rae Ah menatap Daesung, Jiyong, dan Seungri dengan tatapan garang.

"Mati kalian! Kalian janji takkan mengganggu kan, bodoh!!" seru Rae Ah.

"Kabur!!" teriak Daesung. Seungri, Jiyong, dan Daesung langsung keluar diikuti oleh Rae Ah yang mengejarnya.

* * *

“Ireya.” panggil Tabi.

“Ya, Tabi?” tanya Ireya.

“Kalau Tabi besar nanti, Tabi mau jadi pacar dan suami Ireya. Apa Ireya mau jadi pacar dan istri Tabi?” tanya Tabi. Ireya tersenyum dan mengangguk kencang.

“Tentu saja Ireya mau! Tabi kan anak yang baik, bagaimana mungkin Ireya tidak mau.” kata Ireya.

“Ireya janji, ya!”

“Ireya janji!” kata Ireya tersenyum dan menatap Tabi.

“Aku suka Tabi.”

* * *
_______________

Anda memasuki area wajib komen! Yang gak komen dosa!

6 komentar:

  1. whoaaahahaha nguping nii yeee bruakaka

    btw ini FF kapan lo buat ? dialog dalam hatinya blum di miringin jadi bingung bacanya ... next buat yang bagus yaaa tapi yang ini udah jelas kok jalan ceritanya =)

    BalasHapus
    Balasan
    1. nguping gmana maksudnya qaqah? ._.

      kapan ya? awal suka Bikbeng mungkin? lupa =oo=

      haha iya lupa, baru sadar -_- Nantideh aku edit -3- lagi nggak dirumah ini =3=

      oke makasih qaqah udah mau baca FF aneh saya xD

      Hapus
  2. Ireya kejem~ HAHA
    udah sakit malah palanya mau di pecah~

    baru tau si abang nilainya bagus,nyolong contekan dari mana?? kkk

    lucu-lucu.. :DD

    BalasHapus
    Balasan
    1. wahaha kayak siapa ya~? *malah nanya

      iya ya tabi berubah 180 derajat dari orang yang gapernah ngerjain PR, jadi super jenius :/ *getok tabi

      cu...cuma 2 kata? ;___; OTL #abaikan

      Haha makasih sidi udah mau baca *cium

      Hapus
  3. "Dari pada begitu,
    sedang apa kau dengan Seungri
    kemarin, hah?" tanyanya.
    Sekarang giliran Jiyong dan
    Seungri yang bermuka merah.
    Itu jidi ama riri ngapain emang'a? O.o hahaha
    bagus critanya, lucu :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. pikir sendiri wahahah XDD

      lucu? -..- well makasih udah baca cuy.. haha gajelas kan ya? lol

      Hapus

Please Comment! :3 Your comment means A LOT to me :D